BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 02 Desember 2010

Legenda-Legenda Olahraga Indonesia

Indonesia tanah air kita...
Indonesia tumpah darah kita..
Semangatmu menyala-nyala..

Indonesia dan Indonesia...
Sekali Indonesia tetap Indonesia...

Thread ini ane buat khusus untuk mengenang para legenda kita khususnya di bidang olahraga. Mungkin ini sebagai pelepas dahaga dari miskinnya prestasi tanah air kita di dunia olahraga, biar semuanya dapat berkaca dan bercermin bahwa dulunya kita mempunyai atlet-atlet dan olahragawan emas yang sudah mengharumkan bangsa Indonesia..

Sedih rasanya ketika kita mendengar team Sepakbola kita kalah dari negeri tetangga yang antah berantah prestasinya.Dulu pas jamannya kita jaya-jayanya di tingkat Asia Tenggara kita adalah Macannya dan disegani dikawasan Asia, sekarang boro-boro mau menang ditingkat Asia tenggara aja seperti MISSION IMPOSIBLE.

Setali tiga uang denga tim bulutepok(baca bulutangakis) Indonesia. Dulunya kita adalah raja segala raja bulutangkis di dunia. Negara-negara lain kalo sudah berhadapan dengan pemain kita bisa dipastikan akan dan ane percaya pasti tuh pemain bulutangkis negara lain kesemutan kakinya dan menahan kencing tatuttt ama pemain kita.

Dicabang olahraga tinju siapa yang tak kenal legenda kita Ellyas Pical sebagai juara tinju ditingkat internasional pertama dari Indonesia. Kalau liat perjuangannya ane ampe terharu dan kagum gan. Lihat pula pas dia lawan orang Thailand "Khaosai Galaxy" - Januari 1987. Gila gan perjuangan tanpa kenal menyerah walaupun sekujur badan dan matanya sudah lebam dan berdarah-darah. Untungnya dicabang ini kita masih bisa berharap ada seorang Chris Jhon yang bisa mengambil tongkat estafet keperkasaan kita di dunia tinju.

Siapa yang tidak kenal ratu tenis kita jaman 90'an "Yayuk Basuki". Srikandi ini telah mengangkat nama Indonesia di dunia tenis. Untuk tingkat Asia nih bocah ga ada lawannya..Duh kalau sekarang prestasi tenis kita malah jadi nyaris tak terdengar..

Sebelumnya ane mohon maap kalo beberapa cabang lainnya tidak ane sebutin, coz karena mungkin ane beranggapan bahwa yang lainnya prestasi dan namanya kurang begitu dikenal..Cuma untuk tambahan legenda dari cabang olahraga lainnya ane " UR WELCOME" silahkan ditambahi dan tidak dibatasi.


  1. Liem Swee King


Liem Swie King, (lahir di Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956; umur 54 tahun) adalah seorang pemain bulu tangkis yang dulu selalu menjadi buah bibir sejak dia mampu menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976 dalam usianya yang ke-20. Kemudian Swie King menjadi pewaris kejayaan Rudy di kejuaraan paling bergengsi saat itu dengan tiga kali menjadi juara ditambah empat kali menjadi finalis. Bila ditambah dengan turnamen "grand prix" yang lain, gelar kemenangan Swie King menjadi puluhan kali. Swie King juga menyumbang medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan enam kali membela tim Piala Thomas. Tiga di antaranya Indonesia menjadi juara.

Mulai bermain bulu tangkis sejak kecil atas dorongan orangtuanya di kota kelahiran Kudus, Swie King yang lahir 28 Februari 1956 akhirnya masuk ke dalam klub PB Djarum yang banyak melahirkan para pemain nasional.

Usai menang di Pekan Olahraga Nasional saat berusia 17 tahun, akhir 1973, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Setelah 15 tahun berkiprah, Swie King merasa telah cukup dan mengundurkan diri di tahun 1988. Saat aktif sebagai pemain, Liem terkenal dengan pukulan smash andalannya, berupa jumping smash, yang dijuluki sebagai King Smash.

Liem Swie King sebenarnya dari marga Oei bukan marga Liem. Pergantian marga seperti ini pada masa dahulu zaman Hindia Belanda biasa terjadi, pada masa itu seorang anak dibawah usia ketika memasuki wilayah Hindia Belanda (Indonesia sekarang) harus ada orang tua yg menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang tua aslinya, maka oleh orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua" yg lain, "orang tua" ini bisa saja bermarga sama atau lain dari aslinya.
Dalam catatan Pusat Data Tokoh Indonesia, Liem Swie King meraih berbagai prestasi selama 15 tahun berkiprah di bulutangkis. Pertama kali, Swie King meraih Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972). Pada usia 17 tahun (1973), ia menjuarai (II) Pekan Olahraga Nasional. Setelah itu, Liem Swie King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Ia pun meraih Juara Kejurnas 1974 dan 1975.

Kemudian berkiprah di kejuaraan internasional, meraih Juara II All England (1976 & 1977). Kemudian tiga kali menjadi juara All England (1978, 1979, 1981), kejuaraan paling bergengsi kala itu. Selain itu, puluhan medali grand prix lainya, medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan tiga medali emas Piala Thomas (1976, 1979, 1984) dari enam kali membela tim Piala Thomas. Ketika menantang Sang Legendaris Rudy Hartono di final All England tahun 1976, usianya masih 20 tahun. Setelah itu, Liem Swie King menjadi penerus kejayaan Rudy.

Prestasi

- Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972) - Juara II PON 1973 - Juara Kejurnas 1974 - Juara Kejurnas 1975 - Juara II All England (1976 & 1977 - Juara All England 1978, 1979, 1981 - Juara Asian Games di Bangkok - Anggota Tim Piala Thomas 1979, 1982, 1984 1986. - Juara Ganda Putra bersama Kartono dalam Piala Alba 1984 - Juara Ganda Putra bersama Kartono dalam Piala Alba 1985



2. Ellyas Pical

Ellyas Pical (lahir di Saparua, Ambon, 24 Maret 1960) adalah petinju asal Indonesia yang merupakan juara dunia pertama dari Indonesia.

Awal bertinju

Pical jatuh cinta kepada olahraga tinju sejak menonton pertandingan-pertandingan tinju di TVRI, terutama pertandingan Muhammad Ali.

Pical telah menggeluti olahraga tinju sejak berusia 13 tahun, dengan berlatih sembunyi-sembunyi karena dilarang oleh kedua orangtuanya. Sebagai petinju amatir yang bermain di kelas terbang, ia kerap menjadi juara mulai dari tingkat kabupaten hingga kejuaraan Piala Presiden. Karir profesionalnya dimulai pada tahun 1983 dalam kelas bantam junior. Sejak itu, berturut-turut sederet prestasi tingkat dunia diraihnya, seperti juara OPBF setelah mengalahkan Hi-yung Chung asal Korea Selatan dengan kemenangan angka 12 ronde pada 19 Mei 1984 di Seoul, Korea Selatan. Atas kemenangan ini, Pical menjadi petinju profesional pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar internasional di luar negeri.

Pukulan hook dan uppercut kirinya yang terkenal cepat dan keras itu, membawa Pical ke puncak popularitas. Oleh pers, pukulan tersebut dijuluki sebagai "The Exocet", merujuk pada nama sebuah rudal milik Perancis yang digunakan oleh Inggris yang dalam Perang Malvinas yang berkecamuk pada masa jaya Pical saat itu.

Kejuaraan dunia

Ia merebut gelar juara IBF kelas bantam yunior (atau kelas super terbang) dari petinju Korea Chun Ju-do di Jakarta pada tanggal 3 Mei 1985. Setelah mempertahankan gelar melawan petinju Australia, Wayne Mulholland, 25 Agustus 1985, Pical harus mengakui keunggulan petinju Republik Dominika, Cesar Polanco dengan angka di Jakarta. Namun Pical mampu bangkit dan membalas kekalahannya atas Polanco dengan balik memukul KO Polanco pada pertandingan kedua di Jakarta, 5 Juli 1986.


Sempat mempertahankan gelar melawan petinju Korea Selatan, Dong-chun Lee, langkah Pical terhenti setelah menyerah dari petinju Thailand, Khaosai Galaxy dengan KO pada ronde 14, pada tahun 1987.

Setelah terjadi pergulatan batin berbulan-bulan karena depresi pasca kekalahan melawan Galaxy, Pical mampu bangkit dan merebut gelar IBF kelas bantam yunior kembali dari sang juara bertahan waktu itu Tae-ill Chang, juga dari Korea Selatan. Gelar ini sempat bertahan sampai 2 tahun, hingga akhirnya Pical harus terbang ke Ronoake, Virginia, Amerika Serikat untuk mempertahankan gelar melawan Juan Polo Perez dari Kolombia, (4 Oktober 1989, dan Pical harus menyerahkan gelarnya setelah kalah angka.

Picture




3. Yayuk Basuki

Sri Rahayu Basuki atau lebih dikenal dengan nama Yayuk Basuki (lahir pada 30 November 1970 di Yogyakarta) adalah pemain tenis dari Indonesia yang paling terkenal pada tahun 1990-an.

Ia memulai karir profesional pada tahun 1990. Pada tahun berikutnya, ia menjadi petenis Indonesia pertama yang menjuarai turnamen profesional. Sepanjang karirnya, Yayuk berhasil memperoleh enam gelar tunggal Tur WTA dan sembilan gelar dari ganda. Prestasi terbaiknya dalam turnamen Grand Slam adalah mencapai babak perempat final Wimbledon pada tahun 1997. Ia pensiun dari karir profesional pada tahun 2004.

Peringkat tertinggi yang pernah dicapainya adalah posisi ke-19 untuk bagian tunggal dan ke-9 untuk bagian ganda. Jumlah uang yang diperolehinya selama karir adalah US$1.645.049.

Prestasi
* 1987: Perempat final Wimbeldon junior.
* 1991: Babak ketiga Wimbeldon Juara Patayya Terbuka
* 1992: Babak keempat Wimbeldon Juara Malaysia Terbuka
* 1993: Babak keempat Juara Pattaya Terbuka Juara Indonesia Terbuka
* 1994: Sampai babak keempat Juara Nokia Juara Indonesia Terbuka
* 1995: Atlet terbaik versi SIWO PWI jaya
o Semi final Indonesia Terbuka
o Babak ketiga Australia Terbuka
o Babak ketiga Toray Pan Pasifik
o Babak kedua Indian Wells
o Babak ketiga Lipton
o Babak kedua Piala Federasi
* 1996: Babak ketiga Tasmania Terbuka
o Babak ketiga Australia terbuka
o Babak ketiga Perancis terbuka
o Menang atas Iva Majoli dalam Kanada Terbuka
* 1997: Babak kedua Australia Terbuka
o Perempat final Perancis Terbuka
o Peringkat 21 WTA
o Peringkat 22 WTA
o Delapan besar Wimbledon
o Beberapa prestasi ganda lain.

Picture



4. Ronny Pattinasarani

Karier

Era 1970-an hingga 1980-an, saat sepak bola Indonesia menjadi salah satu raksasa di Asia, Ronny Pattinasary menjadi salah satu yang ikut melambungkan nama tim merah-putih. Pria berdarah Ambon yang lahir di Makassar itu dikenal sebagai sosok pemain papan atas.

Penghargaan yang diperolehnya seperti Pemain All Star Asia tahun 1982, Olahragawan Terbaik Nasional tahun 1976 dan 1981, Pemain Terbaik Galatama tahun 1979 dan 1980, dan meraih Medali Perak SEA Games 1979 dan 1981.

Perjalanan kariernya sebagai pemain bola dimulai bersama PSM Junior pada tahun 1966. Dua tahun kemudian berhasil menembus level senior tim PSM Makassar. Dari Makassar, Ronny hengkang ke klub Galatama, Warna Agung, yang dibelanya dari tahun 1978 hingga 1982. Di sinilah kariernya mulai menanjak sehingga dia pun terpilih masuk dan menjadi kapten timnas. Tahun 1982, Ronny hengkang ke klub Tunas Inti. Hanya setahun di sana, dia pun memutuskan untuk gantung sepatu dan beralih profesi sebagai pelatih.

Pelatih

Ada beberapa klub yang pernah merasakan sentuhan tangannya, yakni Persiba Balikpapan, Krama Yudha Tiga Berlian, Persita Tangerang, Petrokimia Gresik, Makassar Utama, Persitara Jakarta Utara dan Persija Jakarta. Namun prestasi terbaik yang pernah ditorehkan Ronny adalah ketika menangani Petrokimia Putra saat sukses mempersembahkan beberapa trofi bagi klub tersebut yang saat ini sudah bubar dan melebur dalam Gresik United (GU). Ronny membawa Petrokimia meraih Juara Surya Cup, Petro Cup, dan runner-up Tugu Muda Cup.
Lain-lain

* Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI 2006
* Wakil Ketua Komdis 2006
* Tim Monitoring Timnas 2007

Prestasi
Pemain

* Pemain Asia All Star (1982)
* Olahragawan Terbaik Nasional (1976 dan 1981)
* Pemain Terbaik Galatama (1979 dan 1980)
* Medali Perak SEA Games (1979 dan 1981)

Pelatih

* Petrokimia Juara Surya Cup
* Petrokimia Juara Petro Cup
* Petrokimia menjadi runner-up Tugu Muda Cup

picture




0 komentar: