BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 02 Desember 2010

Atlet Tinju Pensiun, Jadi Cleaning Service

Sorot matanya terlihat sayu. Tubuhnya kurus dan hanya dibalut pakaian sederhana. Dia adalah Cakarmanto, salah seorang petinju yang sempat mengharumkan nama Lampung di luar daerah. Saat itu , Cakarmanto terlihat sedang membersihkan kaca depan GOR Sumpah Pemuda.

“Ya beginilah Mas, Saya selalu keliling dari satu tempat ke tempat lain untuk bekerja sebagai cleaning service. Sore di sini. Kalau pagi sampai siang di SDB (Sekolah Darma Bangsa, Red)”, katanya menceritakan usahanya menyambung hidup setelah tidak bertinju lagi.

Lelaki kelahiran tahun 1965 yang dahulu dijuluki Cakarmen ini lantas mengisahkan sejarah hidupnya hingga menekuni dunia tinju. Ia mengaku tertarik dengan tinju setelah menyaksikan kehebatan raja tinju era 1979 Hary My Timo.

“Saat itu saya benar-benar kagum sama Hary. Gayanya menginspirasi saya untuk bias bertinju dengan baik. Bisa dibilang saya memang mencontoh gaya permainannya,” kenang Cakramanto.
Bahkan, untuk mengasah kemampuannya, bapak empat anak ini sempat “sekolah” ke daerah lain. Salah satunya Pekanbaru. Meski begitu, akhirnya ia kembali lagi dan membela Lampung.

“Saya sangat bangga Mas kalau bertanding membawa nama Lampung. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk daerah ini,” ucapnya dengan senyuman mengembang.

Mantan petinju yang berlatih di Sasana Radin Intan ini telah mengukir berbagai prestasi di dunia tinju. Di antaranya juara favorit nasional pada ajang Pra-PON 1984, ranking empat besar kelas terbang tahun 1987, dan masuk delapan besar di Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 1985.
Cakarmanto juga meraih prestasi sebagai favorit daerah Lampung paada tahun 1987, petinju berbakat pada tahun 1984, dan petinju terbaik daerah Lampung tahun 1987.

“Sebenarnya masih ada penghargaan lain. Tetapi saya sudah lupa-lupa ingat,” katanya pelan.

Pria yang sempat bekerja sebagai sekuriti di beberapa tempat hiburan di Bandar Lampung ini menuturkan, selama karirnya di dunia tinju dalam kurun waktu 1981 – 1990, ia telah naik ring sebanyak 50 kali. Dari pertandingan yang dijalaninya, ia mendapatkan 25 medali.

“Walaupun belum pernah meraih medali emas, saya sangat bangga dengan torehan yang pernah saya ukir. Apa lagu selama karir, saya sama sekali belum pernah kalah TKO. Bahkan waktu melawan petinju idola (Hary My Timo), saya juga bias melawan dia meskipun kalah angka,” ujarnya.

Disinggung pertandingan mana yang paling berkesan, pria berambut pendek ini menyatakan saat dirinya dikalahkan petinju Irian Jaya di PON 1985. Saat itu Irian Jaya berhasil meraih medali emas.
“Meski kalah, pengurus KONI bangga dengan hasil yang saya peroleh. Apalagi petinju yang mengalahkan saya akhirnya berhasil menjadi juara,” tukasnya.
Namun, semua berbeda dengan kondisi Cakramanto saat ini. Petinju tangguh itu akhirnya harus mundur dari arena. Ini disebabkan banyaknya petinju muda dan memiliki modal cukup.

“Saya pensiun dari tinju akhir tahun 1990. Karena saat iti semuanya harus memakai duit. Jadi bagi atlet yang punya duit, akan mudah mewakili Lampung ke berbagai even. Walaupun sebenarnya kemampuannya bias dibilang biasa-biasa saja. Sedangkan saya tidak mempunyai apa-apa Mas,” ungkapnya.

Setelah terpaksa mundur, pada tahun 1991 – 1999, Cakarmanto bekerja sebagai satpam di sebuah hotel di Bandar Lampung. Kemudian sejak 1990 hingga sekarang, ia berprofesi sebagai cleaning service.

“Kerjaan ini (cleaning service, Red) yang bisa membantu saya mencukupi kebutuhan empat anak. Saya sama sekali tidak pernah mengulurkan tangan untuk meminta. Cuma berharap ada pihak yang memperhatikan dan memperkerjakan saya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

0 komentar: